Minggu, 03 Maret 2013




Alkisah diceritakanlah seorang anak perempuan yang memiliki mimpi untuk kuliah di suatu perguruan tinggi favorit di negeri ini. Ia begitu yakin dengan mimpi besarnya untuk masuk ke perguruan tinggi tersebut tentunya dengan jurusan yang ia damba-dambakan, jurusan tehnik elektro. 


Semangat ini terpancar jelas dengan rona merah pipi dan energi semangat yang luar biasa ketika ia menjelaskan apa mimpinya yang tentunya dengan rencana inilah ia memiliki cita-cita yang luar biasa untuk dapat bekerja pada suatu perusahaan elektronik terkemuka dengan penghasilan yang menyilaukan mata, dan energi semangat luar biasa ini semakin meluap ketika pendaftaran mahasiswa baru berada di depan mata.

Hari yang ditunggupun tiba dengan penuh semangat dan keceriaan ia berangkat ke universitas tersebut untuk mengambil formulir pendaftaran mahasiswa baru dan mendaftarkan diri sebagai calon mahasiswa baru. Energi positif mengalir deras dalam dirinya, begitupun kepercayaan diri yang luar biasa jika suatu saat nanti ia akan menjadi salah satu mahasiswa teknik elektro di universitas yang menjadi favoritnya tersebut. Sore hari setelah menyelesaikan administrasi untuk calon mahasiswa baru ia pulang kerumah dengan perasaan senang dan damai yang tak terkira, kini tinggal selangkah lagi untuk menjadi apa yang ia mimpikan.

Sesampainya di rumah didapatinya kedua orangtuanya dengan raut penuh ketegangan, kecemasan, dan ketakutan yang tidak pernah ia dapati sebelum-sebelumnya. Ia pun bertanya-tanya ada apa, apa yang telah terjadi? Dan menjawab rasa penasarannya ini ibunya menghampiri dia dan meyampaikan berita yang begitu mengejutkan, ia tidak bisa untuk melanjutkan kuliah di sana, melainkan jika ia bersikukuh untuk melanjutkan kuliah maka ia harus kuliah di luar negeri, tepatnya di Singapura.

Ternyata keputusan orangtuanya menginginkan ia kuliah di sana bukan karena orangtuanya memiliki uang yang banyak atau tabungan cukup bahkan asuransi pendidikan sehingga orangtuanya mampu mengkuliahkan ia di sana, melainkan justru orangtuanya sedang mengalami kestagnanan ekonomi bahkan terancam bangkrut. Selain itu kondisi negeri pada waktu itu 1998 sedang mengalami pergolakan yang luar biasa, dimana hal ini sangat membahayakan utamanya untuk keluarga yang beretnis Tionghoa. Etnis Tionghoa di Indonesia banyak mengalami penjarahan tanpa alasan yang rasional hingga penjarahan kejam yang berlangsung membahayakan kehidupan mereka, dan inilah alasan utama mengapa ia harus kuliah di Singapura meskipun dengan cara berhutang pada bank Singapore.

Ia berangkat ke Singapura dengan perasaan negatif yang bermacam-macam, ia sedih, kecewa, dan masih tidak mempercayai atas apa yang telah terjadi. Namun, tidak ada jalan lain, jalan ini lah yg harus ia ambil menjalani kuliah elektro di Singapura.

Tanpa persiapan apapun utamanya persiapan finansial yang memadai untuk ia bertahan hidup di sana menjadikan kesulitan tersendiri. Mie instan lah satu-satunya jalan keluar untuk ia menghapus lapar di pagi hari, 2 lembar roti tawar tanpa selai untuk makan siangnya, dan mencari makan gratisan yang disediakan oleh UKM kampus untuk mengganjal perut ketika malam. Bahkan untuk membeli air mineralpun ia tak mampu, ya, ia hanya mampu minum dari kran yang tersedia di kampus.

Ia berpikir keras untuk keluar dari zona ini. Berbagai pekerjaan serabutan mulai ia lakoni, dari pembagi brosur di jalan, pelayan restoran, dan penjaga toko bunga. Namun langkah ini tidak memberikan banyak perubahan untuk ia bertahan hidup di sana, bisa Anda bayangkan bagaimana kehidupan yang ia jalani jika ia hanya memiliki uang 2 dolar Singapura untuk biaya hidup satu minggu, ya satu minggu. 

Sebelum lulus ia magang di salah satu perusahaan elektro terkemuka di sana, dengan harapan ketika ia lulus nanti ia mendapatkan rekomendasi dan bisa bekerja di sana. Itu berarti ia memiliki peluang yang begitu besar untuk melunasi hutang kuliahnya segera dan secepatnya. 

Masa magang ia jalani sebaik mungkin, tentunya dengan harapan besar ia memiliki rekomendasi yang baik untuk bekerja menjadi karyawan di sana, bukan hanya ia yang bangga tentunya orangtuanya di Indonesiapun akan bangga padanya. Tetapi Tuhan berkata lain, ia tidak lolos saat seleksi karyawan.

Ia bingung, bagaimana mungkin? Bukankah ia memiliki rekomendasi yang baik yang ia peroleh selama ia magang, bagaimana mungkin ia tidak lolos dalam seleksi, dan ia sempat putus asa apalagi jika mengingat jumlah hutang sarjana yang harus segera ia bayarkan ke bank.

Akhirnya ia memutuskan untuk menjadi agen asuransi dengan target-target gila yang HARUS ia capai agar ia mendapatkan posisi atas dengan waktu singkat. Target gila yang mencambuknya bekerja sangat keras untuk mendapatkan konsumen asuransi bukanlah tanpa rintangan, bahkan seringkali ia masih berdiri di statiun kereta dari pagi hingga jam dua malam untuk mendapatkan konsumen.

Usaha keras dan target gila serta pantang menyerah yang ia terapkan kini bukanlah tanpa hasil. Wanita itu kini telah menjadi milyader di Singapura, ya...ia lah Merry Riana wanita inspiratif luar biasa yang kini dengan perjalanan hidup yang berlikunya menjadikannya seorang anak kebanggaan bangsa kita Indonesia.


Saudara-saudara dari cerita ini banyak hal yang dapat kita ambil. Seringkali kita sulit untuk menerima ketetapan lain yang telah Tuhan tetapkan pada kita. Kita memandang ketetapan yang Tuhan berikan merupakan ketetapan buruk yang sangat tidak enak untuk kita jalani. Keadaan ekonomi yang buruk, nilai ujian yang tidak sesuai target padahal kita telah mengusahakan segenap kemampuan kita lha kok nyatanya hasil di transkip malah tidak sesuai, hubungan sosial yang seringkali justru melahirkan masalah-masalah baru, dan banyak hal lagi ketetapan atau ketentuan-ketentuan Tuhan yang tidak mengenakan bagi hidup kita hingga ketetapan-ketetapn itulah yang membuat kita kecewa hingga mempertanyakan di mana letak keadilan Tuhan, apakah Tuhan tidak melihat usaha keras kita? Bukankah Tuhan tidak pernah tidur, lha tapi ini mengapa hal-hal yang diusahakan tidak sesuai dengan target, apakah berpikir positif dan memancarkan energi positif saja tidak cukup untuk kita berikan pada apa-apa yang kita usahakan?.

Ya..berpikir positif dan memancarkan energi positif pada kehidupan kita merupakan faktor yang sangat penting bahkan sangat vital, dimana kita tahu dengan kombinasi keduanya itulah mimpi dan target-target kita akan terwujud, tapi ternyata Tuhan memiliki jalan lain.

Saya ingin bertanya, pada saudara, pernahkah saudara merencanakan atau memiliki suatu tujuan bahwasannya saudara sedang menuju suatu tempat dan saudara telah mengetahui betul rute perjalanan yang harus saudara tempuh tapi ternyata ditengah perjalanan saudara mendapat kabar bahwasannya rute yang telah saudara tahu dan harus saudara lewati ternyata mengalami kemacetan yang luar biasa parah karena ada perbaikan jalan misalnya, nah apakah saudara akan bersikukuh meski mengalami kemacetan yang luar biasa parah dan teguh untuk melalui rute awal perjalanan meski saudara harus sampai ke tempat tujuan entah kapan, atau saudara memilih jalan alternatif meski harus memutar balik dan saudara tahu jalan alternatif tersebut memang lebih berliku dan lebih jauh tapi saudara dapat memprediksikan kapan saudara sampai di tempat tujuan meski harus terlambat beberapa menit?.

Begitupun dengan Tuhan. Tuhan mengetahui betul siapa diri saudara sesungguhnya, Tuhan memahami betul apa yang menjadi tujuan saudara dan mimpi apa yang ingin saudara raih dalam hidup ini. Oleh karena itu Tuhan memberikan jalan alternatif lain yang lebih berliku agar tujuan hidup saudara akan cepat saudara capai, berbeda halnya jika saudara bersikukuh untuk mencapai tujuan hidup saudara dengan memaksakan jalan yang semulus saudara bayangkan tapi justru Tuhan mengetahui jika jalannya ‘terlalu mulus’ maka justru jalan tersebut malah melenakan saudara dan saudara malah tidak mencapai apa yang saudara inginkan.

Percayalah saudara, Tuhan itu adil hanya saja seringkali kita dibutakan oleh ketentuan yang ternyata merupakan katalisator untuk meraih apa yang menjadi tujuan kita, yang terpenting adalah kita harus menjelaskan sejelas-jelasnya apa yang menjadi TUJUAN kita, karena dengan tujuan itu maka semesta yang dikendalikan Tuhan akan merancang cara dan membuka jalan kita untuk meraih apa yang menjadi tujuan kita. Karena bukankah Tuhan sesuai dengan prasangka hambaNya?.


Saniatu Aini
Bidang Riset dan Keilmuwan dan Media dan Komunikasi
PC IMM Bogor


5 komentar:

  1. Mau challenges gak?
    kalau ini kan tentang Merry Riana ya(Nonis). Gimana kalau mengambil teladan dari sosok Nabi Muhammad atau sahabat?
    Pembahasan Sirah Nabawiyah, hehe

    BalasHapus
  2. Boleh, for next artikel berarti.

    Hi Asri cantik, ditunggu artikel oke-nya ya, minggu depan giliran bidang Immawati =D

    BalasHapus