Alkisah diceritakanlah seorang
anak perempuan yang memiliki mimpi untuk kuliah di suatu perguruan tinggi
favorit di negeri ini. Ia begitu yakin dengan mimpi besarnya untuk masuk ke
perguruan tinggi tersebut tentunya dengan jurusan yang ia damba-dambakan, jurusan
tehnik elektro.
Semangat ini terpancar jelas
dengan rona merah pipi dan energi semangat yang luar biasa ketika ia
menjelaskan apa mimpinya yang tentunya dengan rencana inilah ia memiliki
cita-cita yang luar biasa untuk dapat bekerja pada suatu perusahaan elektronik
terkemuka dengan penghasilan yang menyilaukan mata, dan energi semangat luar
biasa ini semakin meluap ketika pendaftaran mahasiswa baru berada di depan
mata.
Hari yang ditunggupun tiba dengan
penuh semangat dan keceriaan ia berangkat ke universitas tersebut untuk
mengambil formulir pendaftaran mahasiswa baru dan mendaftarkan diri sebagai
calon mahasiswa baru. Energi positif mengalir deras dalam dirinya, begitupun
kepercayaan diri yang luar biasa jika suatu saat nanti ia akan menjadi salah satu
mahasiswa teknik elektro di universitas yang menjadi favoritnya tersebut. Sore
hari setelah menyelesaikan administrasi untuk calon mahasiswa baru ia pulang
kerumah dengan perasaan senang dan damai yang tak terkira, kini tinggal
selangkah lagi untuk menjadi apa yang ia mimpikan.
Sesampainya di rumah didapatinya
kedua orangtuanya dengan raut penuh ketegangan, kecemasan, dan ketakutan yang
tidak pernah ia dapati sebelum-sebelumnya. Ia pun bertanya-tanya ada apa, apa
yang telah terjadi? Dan menjawab rasa penasarannya ini ibunya menghampiri dia
dan meyampaikan berita yang begitu mengejutkan, ia tidak bisa untuk melanjutkan
kuliah di sana, melainkan jika ia bersikukuh untuk melanjutkan kuliah maka ia
harus kuliah di luar negeri, tepatnya di Singapura.
Ternyata keputusan orangtuanya
menginginkan ia kuliah di sana bukan karena orangtuanya memiliki uang yang
banyak atau tabungan cukup bahkan asuransi pendidikan sehingga orangtuanya
mampu mengkuliahkan ia di sana, melainkan justru orangtuanya sedang mengalami
kestagnanan ekonomi bahkan terancam bangkrut. Selain itu kondisi negeri pada
waktu itu 1998 sedang mengalami pergolakan yang luar biasa, dimana hal ini
sangat membahayakan utamanya untuk keluarga yang beretnis Tionghoa. Etnis
Tionghoa di Indonesia banyak mengalami penjarahan tanpa alasan yang rasional
hingga penjarahan kejam yang berlangsung membahayakan kehidupan mereka, dan
inilah alasan utama mengapa ia harus kuliah di Singapura meskipun dengan cara
berhutang pada bank Singapore.
Ia berangkat ke Singapura dengan
perasaan negatif yang bermacam-macam, ia sedih, kecewa, dan masih tidak
mempercayai atas apa yang telah terjadi. Namun, tidak ada jalan lain, jalan ini
lah yg harus ia ambil menjalani kuliah elektro di Singapura.
Tanpa persiapan apapun utamanya
persiapan finansial yang memadai untuk ia bertahan hidup di sana menjadikan
kesulitan tersendiri. Mie instan lah satu-satunya jalan keluar untuk ia
menghapus lapar di pagi hari, 2 lembar roti tawar tanpa selai untuk makan
siangnya, dan mencari makan gratisan yang disediakan oleh UKM kampus untuk
mengganjal perut ketika malam. Bahkan untuk membeli air mineralpun ia tak
mampu, ya, ia hanya mampu minum dari kran yang tersedia di kampus.
Ia berpikir keras untuk keluar
dari zona ini. Berbagai pekerjaan serabutan mulai ia lakoni, dari pembagi
brosur di jalan, pelayan restoran, dan penjaga toko bunga. Namun langkah ini
tidak memberikan banyak perubahan untuk ia bertahan hidup di sana, bisa Anda
bayangkan bagaimana kehidupan yang ia jalani jika ia hanya memiliki uang 2 dolar
Singapura untuk biaya hidup satu minggu, ya satu minggu.
Sebelum lulus ia magang di salah
satu perusahaan elektro terkemuka di sana, dengan harapan ketika ia lulus nanti
ia mendapatkan rekomendasi dan bisa bekerja di sana. Itu berarti ia memiliki
peluang yang begitu besar untuk melunasi hutang kuliahnya segera dan
secepatnya.
Masa magang ia jalani sebaik
mungkin, tentunya dengan harapan besar ia memiliki rekomendasi yang baik untuk
bekerja menjadi karyawan di sana, bukan hanya ia yang bangga tentunya orangtuanya
di Indonesiapun akan bangga padanya. Tetapi Tuhan berkata lain, ia tidak lolos
saat seleksi karyawan.
Ia bingung, bagaimana mungkin?
Bukankah ia memiliki rekomendasi yang baik yang ia peroleh selama ia magang,
bagaimana mungkin ia tidak lolos dalam seleksi, dan ia sempat putus asa apalagi
jika mengingat jumlah hutang sarjana yang harus segera ia bayarkan ke bank.
Akhirnya ia memutuskan untuk
menjadi agen asuransi dengan target-target gila yang HARUS ia capai agar ia
mendapatkan posisi atas dengan waktu singkat. Target gila yang mencambuknya
bekerja sangat keras untuk mendapatkan konsumen asuransi bukanlah tanpa
rintangan, bahkan seringkali ia masih berdiri di statiun kereta dari pagi
hingga jam dua malam untuk mendapatkan konsumen.
Usaha keras dan target gila serta
pantang menyerah yang ia terapkan kini bukanlah tanpa hasil. Wanita itu kini
telah menjadi milyader di Singapura, ya...ia lah Merry Riana wanita inspiratif
luar biasa yang kini dengan perjalanan hidup yang berlikunya menjadikannya seorang
anak kebanggaan bangsa kita Indonesia.
Saudara-saudara dari cerita ini banyak hal yang dapat kita ambil. Seringkali kita sulit untuk menerima ketetapan lain yang telah Tuhan tetapkan pada kita. Kita memandang ketetapan yang Tuhan berikan merupakan ketetapan buruk yang sangat tidak enak untuk kita jalani. Keadaan ekonomi yang buruk, nilai ujian yang tidak sesuai target padahal kita telah mengusahakan segenap kemampuan kita lha kok nyatanya hasil di transkip malah tidak sesuai, hubungan sosial yang seringkali justru melahirkan masalah-masalah baru, dan banyak hal lagi ketetapan atau ketentuan-ketentuan Tuhan yang tidak mengenakan bagi hidup kita hingga ketetapan-ketetapn itulah yang membuat kita kecewa hingga mempertanyakan di mana letak keadilan Tuhan, apakah Tuhan tidak melihat usaha keras kita? Bukankah Tuhan tidak pernah tidur, lha tapi ini mengapa hal-hal yang diusahakan tidak sesuai dengan target, apakah berpikir positif dan memancarkan energi positif saja tidak cukup untuk kita berikan pada apa-apa yang kita usahakan?.
Ya..berpikir positif dan
memancarkan energi positif pada kehidupan kita merupakan faktor yang sangat
penting bahkan sangat vital, dimana kita tahu dengan kombinasi keduanya itulah
mimpi dan target-target kita akan terwujud, tapi ternyata Tuhan memiliki jalan
lain.
Saya ingin bertanya, pada
saudara, pernahkah saudara merencanakan atau memiliki suatu tujuan bahwasannya
saudara sedang menuju suatu tempat dan saudara telah mengetahui betul rute
perjalanan yang harus saudara tempuh tapi ternyata ditengah perjalanan saudara
mendapat kabar bahwasannya rute yang telah saudara tahu dan harus saudara
lewati ternyata mengalami kemacetan yang luar biasa parah karena ada perbaikan
jalan misalnya, nah apakah saudara akan bersikukuh meski mengalami kemacetan
yang luar biasa parah dan teguh untuk melalui rute awal perjalanan meski
saudara harus sampai ke tempat tujuan entah kapan, atau saudara memilih jalan
alternatif meski harus memutar balik dan saudara tahu jalan alternatif tersebut
memang lebih berliku dan lebih jauh tapi saudara dapat memprediksikan kapan
saudara sampai di tempat tujuan meski harus terlambat beberapa menit?.
Begitupun dengan Tuhan. Tuhan
mengetahui betul siapa diri saudara sesungguhnya, Tuhan memahami betul apa yang
menjadi tujuan saudara dan mimpi apa yang ingin saudara raih dalam hidup ini.
Oleh karena itu Tuhan memberikan jalan alternatif lain yang lebih berliku agar
tujuan hidup saudara akan cepat saudara capai, berbeda halnya jika saudara
bersikukuh untuk mencapai tujuan hidup saudara dengan memaksakan jalan yang
semulus saudara bayangkan tapi justru Tuhan mengetahui jika jalannya ‘terlalu
mulus’ maka justru jalan tersebut malah melenakan saudara dan saudara malah
tidak mencapai apa yang saudara inginkan.
Percayalah saudara, Tuhan itu
adil hanya saja seringkali kita dibutakan oleh ketentuan yang ternyata
merupakan katalisator untuk meraih apa yang menjadi tujuan kita, yang
terpenting adalah kita harus menjelaskan sejelas-jelasnya apa yang menjadi
TUJUAN kita, karena dengan tujuan itu maka semesta yang dikendalikan Tuhan akan
merancang cara dan membuka jalan kita untuk meraih apa yang menjadi tujuan
kita. Karena bukankah Tuhan sesuai dengan prasangka hambaNya?.
Saniatu Aini
Bidang Riset dan
Keilmuwan dan Media dan Komunikasi
PC IMM Bogor
beuh dewa artikelnya
BalasHapusPak Ketua ini bisaaaa aja.
BalasHapusMau challenges gak?
BalasHapuskalau ini kan tentang Merry Riana ya(Nonis). Gimana kalau mengambil teladan dari sosok Nabi Muhammad atau sahabat?
Pembahasan Sirah Nabawiyah, hehe
luar biasaaa ... :)
BalasHapusBoleh, for next artikel berarti.
BalasHapusHi Asri cantik, ditunggu artikel oke-nya ya, minggu depan giliran bidang Immawati =D