Jumat, 18 Oktober 2013

Marak beredar berita bahwa Indonesia dalam waktu dekat ini akan mengalami perubahan. Indonesia yang masih menjadi negara berkembang akan berubah menjadi bangsa yang besar mengalahkan Jepang, Amerika Serikat, bahkan Eropa. Hal ini didasarkan oleh pendapatan PDB Indonesia yang semakin tahun semakin meningkat. Selaras dengan itu, bonus demografi pemuda atau usia produktif yang akan lebih besar daripada orang tua, berupaya membenarkan pendapat para ahli tersebut. Tentunya ini membuat semangat bagi para pemuda untuk membuktikan kembali pilar-pilar sumpah pemuda yang terdiri dari bangsa, tanah air, dan bahasa Indonesia. Gagasan dan ide-ide baru untuk keluar dari masa penjajahan ide, penjajahan kreatifitas harus ditumbuhkembangkan kembali. Kejayaan Indonesia yang mulai melempem dirasakan bersama dengan waktu yang bergulir harus kembali direnyahkan dalam butir-butir keringat kreatifitas yang akan membentuk karakter bangsa itu sendiri.
Belajar dari Kebangkitan Ekonomi Korea Selatan
Korea Selatan di tahun 1960-an kedudukannya masih sama dengan Indonesia. Dari perekonomian yang rendah sampai pemimpin di bawah rezim militer yang otoriter pernah melanda negeri gingseng tersebut. Namun sekarang, mata dunia telah beralih ke Korea Selatan yang sebelumnya hanya melihat ke Jepang dengan teknologinya yang menguasai dunia. Korea Selatan dengan perusahaan Samsung-nya telah menghancurkan industri ponsel genggam milik Nokia dan Blackberry. Padahal di era 2000 sampai 2010-an ponsel merek tersebut masih menguasi dunia. Di bidang elektronik, perusahaan besar asal Korea Selatan tersebut hanya bersaing dengan Apple, perusahaan yang dibuat oleh Steve Jobs dengan semboyan “Think Different”. Selain itu, produk mobil Hyundai juga mulai merangsek naik menggeser produk-produk mobil unggulan seperti Honda dan Toyota. Korea Selatan dapat berubah menjadi negara sebesar seperti sekarang ini tidak terlepas dari keran kreatifitas rakyatnya yang terus terbuka dan menghilangkan mindset sebagai pengguna dan menggantinya sebagai pembuat. Korea Selatan bukanlah negara dengan Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah seperti Indonesia, namun dalam 4 dekade terakhir kenaikan PDB Korea Selatan mencapai 400 kali lipat dari USD 2,3 miliar di tahun 1966 menjadi USD 930 miliar di tahun 2008, dan sampai sekarang pun masih terus naik. Kesuksesan Korea Selatan juga tidak lepas dari pembangunan karakter dan kebangsaan rakyatnya. Jiwa entrepreneurship, profesionalisme, pengelolaan utang luar negeri yang baik, pemerintahan yang relatif bebas korup, makroekonomi yang bersinergi, dan kondisi sosial dan politik yang relatif bebas dari konflik adalah karakter-karakter yang ditumbuhkembangkan di Korea Selatan. Rakyat Korea Selatan pun menguasai beberapa faktor penting kemajuan suatu negara, seperti  penguasaan bahasa asing, dan penguasaan teknologi dengan menyediakan fasilitas bagi investor asing untuk menjalin kerja sama dengan negara tersebut. Selain itu kemauan belajar rakyatnya yang tinggi, meniadakan eksklusifitasan negara tidak seperti Jepang yang masih sibuk dengan prestise bahwa mereka bangsa yang besar sehingga tidak perlu belajar dengan negara lain, atau orang asing yang harus menguasai bahasa mereka untuk belajar disana. Korea Selatan sendiri lebih suka menggabungkan antara budaya barat dan timur untuk menarik pangsa pasar. Gelombang K-Pop dan Film Korea sudah tak terhitung lagi jumlahnya. Fenomena boyband ataupun girlband benar-benar sukses sebagai media promosi produk-produk yang akan dijual oleh bangsa tersebut. Kesuksesan tersebut pun tidak lepas dari budaya kerja keras dan etos kerja yang tinggi. Ada suatu anekdote yang tepat untuk negara Korea Selatan (Korsel), ketika negara lain tidur, maka Korsel bangun. Ketika negara lain bangun, maka Korsel  berjalan. Ketika negara lain berjalan, maka Korsel berlari. Oleh sebab itu wajar saat ini Korsel mampu menjadi negara dengan kekuatan ekonomi terbesar ke-4 di bawah Jepang, China, dan India padahal dahulu mereka negara miskin yang dianggap Amerika Serikat tidak berkembang sama sekali.
Belajar Riset dari India
India merupakan salah satu negara yang berperan penting dalam pengaruh peradaban dunia. Sejak 2600 tahun sebelum masehi, peradaban India telah diwarnai dengan perdagangan di Lembah Indus dan Mesopotamia. Tetapi, walaupun dikenal sebagai bangsa pedagang, kehidupan rakyat India hampir sama dengan Indonesia. Konflik antar kelompok dan agama, korupsi, otoriter, dan masalah kemiskinan pernah melanda negara dengan jumlah penduduk terbesar ketiga setelah China dan Amerika Serikat ini. India yang dulu hanya terkenal dengan film Bollywood-nya, sekarang berubah menjadi negara yang mampu mengekspor kendaraan bermotor, farmasi dan kimia. Hal tersebut tidak terlepas dari sifat leadership dari para ilmuwan India yang ketika muda mereka belajar ke luar negeri, bekerja di perusahaan multinasional dan ketika sudah matang kembali ke India untuk membangun India. Mereka yang kembali ke India, membawa perubahan besar-besaran untuk investasi penelitian di bidang teknologi, farmasi, maupun kimia. Para ekonom dunia pun telah memprediksikan perekonomian dunia akan pindah ke negara ini untuk masa yang akan datang. Bonus demografi negara ini juga hampir sama dengan Indonesia, dimana usia produktif lebih banyak diandingkan usia non produktif. Bahkan saat ini India merupakan negara dengan hak paten terbanyak di dunia, karena pemuda-pemudanya didorong untuk berkarya. India yang merupakan negara dengan kekuatan ekonomi ke-3 Asia, produknya mulai membanjiri pasar-pasar Amerika Serikat dan Asia.
Belajar Kerja Keras dari China
Republik Rakyat China merupakan negara dengan penduduk terbesar di dunia. Lebih dari 1,5 miliar penduduknya menimbulkan masalah kesejahteraan terhadap rakyat-rakyatnya. Bahkan selaras dengan perkembangan zaman, China sudah terpecah menjadi beberapa negara seperti Taiwan dan Hongkong. Negara ini pun terkenal dengan negara penganut paham komunis. Tetapi mindset kerja keras-lah yang membuat China memiliki footprint sejak tahun 1229 ketika penaklukan oleh Mongol untuk memajukan perdagangan di China. China pun hampir sama dengan India dalam hal investasi di bidang riset. China pun pernah menjadi negara miskin karena banyaknya permasalahan yang dihadapai terutama rakyatnya yang sangat banyak. Namun kini, seluruh dunia melihat China sebagai negara pesaing yang sangat menakutkan. Produk-produk China di bidang manufaktur, elektronik, makanan, dan garmen membanjiri pasar dunia, termasuk Indonesia. Apalagi dengan sistem perdagangan bebas yang membuka keran produk-produk China membanjiri pasar dalam negeri, mematikan industri dalam negeri. Oleh karena itu, banyak pengamat yang tidak setuju dengan adanya perdagangan bebas untuk Indonesia. Sebab dapat diprediksi industri dalam negeri tidak akan mampu melampaui produkproduk China yang harganya relatif murah. Seperti yang disebutkan di atas, budaya dan mindset kerja keras menjadi karakter dari bangsa ini. Mental pembuat bukan pengguna juga menjadi mental bangsa ini. Bangsa China dikenal sebagai bangsa pekerja keras yang suka mengelilingi dunia. Di Indonesia sendiri, ras China menjadi kaum borjuis yang menguasai perekonomian. Tentunya ini tidak terlepas dari warisan karakter dari nenek moyang bangsa China sendiri yaitu sebagai bangsa pekerja keras. China yang memiliki jaringan luas di seluruh dunia membuat negara ini juga mudah menembus perundingan-perundingan yang terkadang menyulitkan. Artinya memang konsep bersatu bersinergi juga diterapkan oleh bangsa besar ini. Menurut Peter Engardio seorang penulis Business Week, China bersama India akan menjadi pemeran utama dalam perubahan perekonomian dunia. Mulai dari collapse-nya negara-negara Eropa sampai pertumbuhan pesat teknologi di China dan India menjadi salah satu indikator utama bahwa kedua negara ini akan menjadi negara yang sangat besar menggeser kekuatan ekonomi yang sedang berkembang saat ini.
Indonesia Memiliki Sejarah yang Panjang
Nusantara merupakan nama sebelum Indonesia. Di zaman Kerajaan Majapahit, nama Nusantara dikenal sampai seluruh dunia. Janji patih Gajah Mada untuk menyatukan Nusantara terbukti dan Nusantara benar-benar menjadi bangsa yang besar dan dikenal dunia. Selain itu ada pula Kerajaan Sriwijaya yang memiliki kekuatan maritim yang sangat besar yang mampu melemahkan nyali pesaing-pesaingnya. Pada dasarnya Indonesia memang sudah memiliki modal sebagai bangsa yang besar. Bahkan ketika masuknya Islam ke Indonesia membawa nilai-nilai kemanusiaan yang menghapuskan sistem kasta yang berkembang sebelumnya. Islam yang menjadikan wajah bangsa Indonesia menjadi sopan, santun, dan ramah telah menginternalisasi dan sempat menjadi karakter bangsa ini. Dengan berkembangnya sistem kerajaan di Indonesia tempo dulu, sesungguhnya Indonesia telah memiliki banyak pemimpin di setiap daerah. Namun sayang, mereka menjadikan kerajaan yang satu dengan kerajaan yang lain sebagai musuh. Bahkan ada pula yang terjebak dalam politik adu domba penjajah untuk memecah belah bangsa Nusantara waktu itu. Di era penjajahan, Indonesia pun memiliki tokoh-tokoh besar yang selalu menginspirasi rakyat untuk mencapai kemerdekaan yang hakiki. Pangeran Diponegoro, Tuanku Imam Bonjol, Cut Nyak Dien, Teuku Umar dan lain sebagainya merupakan nama-nama pahlawan yang pernah mengisi daftar para pejuang melawan rakusnya VOC (Belanda) yang ingin menguras habis Sumber Daya Alam milik Indonesia. Mereka memiliki satu visi untuk melawan penjajah, dan menyampingkan perbedaan. Sampai di tahun 1900-an mulai muncullah cendikiawan-cendikiawan muda bangsa yang peduli dengan nasib bangsa Indonesia untuk di hari yang akan datang. Hingga melahirkan pemimpin-pemimpin besar seperti yang kita kenal, Soekarno ataupun Moh. Hatta. Bahkan di era ini, dikenal banyak tokoh yang sampai saat ini masih dikenang sebagai pahlawan yang mengusahakan kemerdekaan Indonesia. Hal tersebut tidak terlepas dari keinginan dan mimpi yang kuat untuk merdeka dan beranjak dari bangsa yang bodoh menjadi bangsa yang besar. Soekarno pernah memberikan quote yang sampai saat ini masih kita kenang, yaitu Jas Merah, jangan sekali-kali melupakan sejarah. Satu quote tersebut sesungguhnya tidak hanya sebagai ucapan belaka, tetapi menjadi pengingat bagi kita untuk selalu belajar dari masa lalu.
Pemimpin Berkarakter
Indonesia tentunya harus belajar dari negara-negara yang awalnya disebut negara miskin seperti di atas, yang kemudian berubah menjadi kekuatan ekonomi baru yang cukup diperhitungkan di dunia, bahkan diprediksi akan menggantikan kekuatan ekonomi yang telah berjaya saat ini. Kedisiplinan, kerja keras, dan kemauan untuk belajar yang tinggi merupakan salah satu kunci dari keberhasilan negara-negara tersebut mengelola negerinya. Serta sifat kepemimpinan dan nasionalisme para ilmuwannya yang rela meninggalkan kehidupan nyaman di luar negeri untuk kembali berjuang membangun negeri yang melahirkannya. Itu semua adalah karakter yang dibangun di atas cita-cita yang selalu mereka impikan sejak lama. Negara-negara tersebut layak disejajarkan dengan Indonesia di era 1940 sampai 1980an, namun kini tidak layak lagi karena mereka lebih dahulu maju dibandingkan Indonesia. Untuk mencapai kedudukan negara yang dapat dipandang dunia dibutuhkan sebuah karakter yang sesuai dengan kredibilitas para pemimpin negeri ini. Semangat Soekarno, Jendral Soedirman, Bung Tomo dalam menggelorakan kemerdekaan harus ditumbuhkan kembali. Kemerdekaan dari kemalasan dan mental pengguna atau konsumer. Melonjak naik selaras dengan bonus demografi yang dimiliki Indonesia dan sisa Sumber Daya Alam yang sudah kering dikeruk oleh asing. Menumbuhkan jiwa-jiwa kepemimpinan para saintis yang telah disekolahkan ke luar negeri untuk kembali membangun Indonesia. Kemudian dukungan pemerintah untuk investasi besar-besaran demi kreatifitas anak bangsa. Fenomena PT Dirgantara Indonesia sampai mobil Taxuci yang merupakan karya asli anak Indonesia harus terhenti oleh kepentingan-kepentingan yang tak beratnggung jawab. Sehingga pemimpin yang bersih dari korup-pun menjadi indikator keberhasilan suatu negara keluar dari jurang kegelapan/kemiskinan. Lagi-lagi itu semua kembali pada masalah karakter yang dibangun oleh bangsa ini. Ada sebuah pepatah mengatakan ketika kita tidak memiliki uang, kita hanya kehilangan sesuatu, sedangkan ketika kita kehilangan karakter maka kita akan kehilangan segalanya.
Setiap anak yang lahir di Indonesia menanggung hutang negara kurang lebih sekira 7 jutaan. Angka fantastis untuk negara berpenduduk 236 juta jiwa ini. Budaya korupsi, kolusi, dan nepotisme yang dibangun bertahun-tahun di era otoriter, terus diwariskan sampai sekarang. Bahkan suatu hal yang dulu dianggap mulia (politik) kini menjadi hal yang sangat dibenci dan disampingkan oleh sebagian orang di Indonesia. Kesan pencitraan dan harapan palsu sudah menjadi makanan sehari-hari rakyat yang membuat mereka muak dengan segala bentuk orasi yang dilakukan oleh politisi. Inilah hal yang dikhawatirkan bangsa ini kedepannya. Disaat orang-orang pengkritik jumlahnya lebih sedikit daripada orang-orang yang turun tangan mengurusi bangsa ini. Oleh karena itu pemimpin muda berkarakter-lah yang dibutuhkan Indonesia kedepan. Bukan orang-orang yang pintar tetapi hanya untuk kepentingan dirinya sendiri.
Mahasiswa merupakan tempat pembentukan karakter tersebut. Di zaman Habibie dengan programnya menyekolahkan mahasiswa pintar keluar negeri, ternyata membuat mahasiswa tersebut asyik hidup di luar daripada setelah lulus kembali ke Indonesia untuk membangun Indonesia supaya lebih baik. Mereka mungkin dapat disebut pintar tetapi mereka tidak memiliki cukup jiwa pemimpin. Pembangungan karakter pemimpin tersebut sangat tepat ditujukan pada mahasiswa karena akses informasi dan ilmu yang diperoleh. Selain itu, kegiatan kampus ataupun organisasi-organisasi yang diikuti menjadi wadah bagi mahasiswa untuk membentuk semua itu. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa hanya sekian persen kemampuan akademik dibutuhkan ketika pasca kampus. Sisanya adalah softskill seperti kemampuan berkomunikasi, kemampuan memimpin dan kemampuan-kemampuan lain yang tidak didapat saat kuliah. Oleh karena itu, pentingnya berorganisasi bagi calon kader pemimpin bangsa yang berkarakter. Pemimpin muda berkarakter adalah mereka yang kredibel mempunyai mental melimpah, integritas yang tinggi, dan kematangan dalam segi akademik maupun non akademik. Mahasiswa sebagai kader penyuplai para pemimpin muda masa depan tentunya harus selesai dengan urusannya sendiri sebelum menjadi seorang yang mempunyai visi kedepannya.
Mimpi, rencana, dan aksi merupakan satu kesatuan demi terwujudnya visi Indonesia yang lebih baik dan bermartabat. Prediksi para ahli dapat menjadi benar bahwa Indonesia akan kembali menjadi macan Asia, ketika kita para pemuda menghasilkan sesuatu untuk kemajuan bangsa. Keran kreatifitas, inovasi, dan kritis harus terus dibuka demi terwujudnya pemikiran yang dinamis. Optimisme sebagai bangsa yang besar akan menjadi kenyataan. Ketika semua pemuda bergerak, maka tinggal menunggu waktu saja Indonesia akan menjadi bangsa yang maju. Sebagai penutup, ada sebuah kutipan puisi yang menjadi refleksi mengapa kita harus memikirkan Indonesia dan berperan sebagai director of change.
.................
Ada seberkas kecil cahaya
Memancar ke luar dan rasanya makin membesar
Ada bahagian tak tampak dari wajah bangsa
Tak banyak disebut dalam koran, sosok tak tampak di media massa
Yang tetap bekerja keras melakukan tugasnya
Petani-petani di desa yang mensubsidi harga nasi orang kota
Buruh yang bergaji rendah tapi tetap saja bekerja
Guru-guru yang mengajarkan ilmu dengan setia
Birokrat yang bersih, tak sudi diperciki noda
Penegak hukum yang masih rapi nuraninya
Melarat semua hidupnya, sangat bersahaja
...........................

 (Karya Taufiq Ismail berjudul “Setelah 68 Tahun Kita Merdeka)

oleh: 
Achmad Nurudin
(Ketua Umum PC IMM Bogor)

dimuat juga di laman www.sangpencerah.com