Selasa, 14 Mei 2013



UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sehingga dalam melaksanakan prinsip penyelenggaraan pendidikan harus sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu; mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.    

dokumen pribadi
Seperti tercantum dalam pernyataan diatas bahwa pendidikan idealnya harus bisa mengembangkan watak yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Tapi ternyata berbicara masalah pendidikan seakan-akan tidak akan ada titik temu dimanakah masalah itu akan habis. Selalu terdapat permasalahan kompleks yang melibatkan tidak hanya satu pihak, tapi berbagi pihak. Mulai dari murid, guru, orangtua, negara, polititsi, bahkan pedagang kaki lima pun kerap bersinggungan dengan masalah di dunia pendidikan Indonesia. Masalah memang sesuatu yang wajar mengingat bahwa semua kehidupan toh pasti adalah masalah. Manajemen pengelolaan masalah harus dilakukan dengan baik agar output masalah tersebut adalah hal positif yang bisa dijadikan pelajaran bagi semua.

            Permasalahan pendidikan tanpa manajemen yang baik ini akan berimplikasi pada masalah lain, seperti keadilan, hukum, HAM, keuangan sudah pasti, pola pengasuhan, moral, dan lain sebagainya. Jika terus dibiarkan begitu saja, masalah pendidikan ini justru akan mempengaruhi ketahanan dan keamanan negara. Sebut saja Ujian Nasional SMA kemarin yang membuat keributan dan kekacauan bahkan sampai banyak yang cidera akibat berdemo dan dipukuli polisi, sangat miris ketika hal itu terjadi. Ditambah lagi yang melakukan aksi dan cedera itu adalah seorang mahasiswa yang notabene adalah seorang terpelajar. Semakin parah memang kalau kita mengintip dunia pendidikan. Itu baru mengintip, apalagi menerawang. Akan terlihat semua yang terjadi di dunia ini.
            Perlu diketahui oleh semua pihak bahwa realita pendidikan seperti ini memang berbahaya untuk dikonsumsi walaupun memang tidak bisa dipungkiri ada juga nilai positif walaupun penulis bingung apa yang mau disebutkan tentang hal positif dari dunia ini. Permasalahan yang tejadi saat ini harus segera dicegah dan diketahui oleh seluruh masyarakat Indonesia. Pendidikan adalah kebutuhan manusia yang perlu dikelola dengan baik agar menghasilkan generasi penerus yang cinta akan Indonesia. Pendidikan yang bagus adalah cerminan dari moral dan sifat bangsa yang bagus dan terdidik.
            Mari kita tengok sedikit pendidikan di Indonesia yang cenderung menekan siswa agar dia pintar, bukan cerdas. Para siswa dituntut mendapatkan nilai akademik yang bagus namun nilai-nilai moral spiritual yang menjadi inti pendidikan menjadi bobrok. Padahal kepintaran yang hanya sebatas pintar menghafal tidak akan membentuk karakter yang cerdas. Indonesia ini memiliki tujuan mencerdaskan anak bangsa, bukan memintarkan anak bangsa.
            Para siswa cenderung ditekan kreatifitas nya akibat lebih sibuk dengan tuntutan pendidikan, seperti tugas, PR dan lain sebagainya. Bukan berarti penulis tidak setuju dengan adanya tugas dan PR tersebut, penulis juga menyadari bahwa materi yang diberikan untuk tugas bermanfaat kalau siswa fokus mengerjakan. Akan tetapi perlu juga adanya pengertian dari pihak pengajar karena yang dirasakan oleh penulis sendiri para pengajar cenderung egois dengan tugas yang mereka beri. Mereka seakan menganggap para siswa adalah robot yang mampu mengerjakan “seabreg” tugas yang diberikan itu. Tugas yang seharusnya dikerjakan maksimal malah ditimpa lagi dengan tugas yang baru.
            Mungkin ini merupakan penilaian subjektif dari penulis sendiri, akan tetapi perlu menjadi catatan bahwa pendidikan bukan membentuk karakter yang hanya pintar akademik tanpa adanya kepintaran aplikatif, pendidikan bertujuan membentuk karakter cerdas dan peka terhadap lingkungan sekitar.


Ahmad Sahl Sudrajat
Bidang Keilmuwan dan Media & Komunikasi


0 komentar:

Posting Komentar