Sabtu, 16 Maret 2013



Dewasa ini, banyak media pers, khususnya media online sedang gencar memberitakan kisah-kisah seorang mahasiswa yang sukses dalam kegiatan wirausaha atau entrepreneurship-nya, dimulai dari wirausaha yang baik-baik sampai ada wirausaha yang tidak baik juga.



Sudah kita saksikan, di samping-samping jalan raya sana, sudah banyak bermunculan usaha-usaha yang tidak biasa orang lakukan, beda dan kreatif, dengan aneka produk yang mereka tawarkan. Karena itu istilah wirausaha kreatif memang baru-baru ini semakin meluas di lingkungan akademisi. Yah, memang hanya orang-orang kreatif yang bisa melakukan sebuah kegiatan wirausaha kreatif, dan ini mungkin akan lebih subur ditemukan di lingkungan mahasiswa, yang kata masyarakat di sana mereka lah manusia-manusia kreatif, coba kita buktikan sendiri. Kita lihat saja banyak pengusaha-pengusaha yang bermunculan juga yang berasal dari kaum akademisi, mahasiswa, untuk contoh, banyak sekali kompetisi business plan atau rencana usaha yang diadakan oleh beberapa lembaga seperti Bank Mandiri dengan programnya “Wirausaha Mandiri”, bahkan kementrian UKM pun kini sedang gencarnya membuka program “Spirit Gerakan Kewirausahaan Nasional” untuk mahasiswa dengan memberikan kesempatan kepada sekitar 1500 modal usaha kepada para pemenang dengan maksimal modal 25 juta rupiah, dengan harapan ekonomi Indonesia semakin menguat, sudah tentu ketika program-program ini berhasil, secara otomatis pengusaha-pengusaha muda dari kalangan mahasiswa itu akan mewarnai perekonomian Indonesia.

Namun sayang, terkadang masih saja ada yang kurang bisa menafsirkan semangat juang wirausaha kreatif ini. Ditemukan juga aktivitas wirausaha yang dilakukan oleh seorang mahasiswa yang termasuk dalam katergori sangat tidak baik dan salah kaprah, hingga  mengejutkan seluruh masyaraka jugat. Ini adalah sebuah kegiatan wirausaha yang salah tujuan dan mungkin tetap menjadi menarik lagi bagi media untuk diberitakan, namun ini sesungguhnya, bukanlah sebuah kisah perjalanan seorang pengusaha yang sukses dalam bisnis atau wirausahanya dengan aturan main yang benar, usaha penjualan narkoba, penjualan anak-anak, bahkan sampai prostitusi pun dijadikan sebuah usaha kreatif, amat disayangkan.

 Memang, tema pendidikan di indonesia kini sedang gaung-gaungnya menggemakan istilah-istilah kewirausahaan yang mendorong anak bangsanya untuk menjadi seorang pengusaha atau wirausaha yang mandiri dan memberikan kontribusi yang baik bagi pertumbuhan ekonomi indonesia, bukan usaha yang haram  di negeri ini.

                Miris sekali, ketika mahasiswa yang lain dituntut oleh mimpi-mimpi mereka untuk menjadi manusia yang berguna, ternyata banyak sekali dalam waktu yang bersamaan, mahasiswa telah kehilangan arahnya dan disorientasi terhadap hidupnya sebagai kaum terdidik. Ini sangat bertolak-belakang dengan konsep pendidikan bangsa kita. Menciptakan manusia yang terdidik, teratur dan memiliki orientasi yang jelas untuk ke depan memanglah tak mudah seperti membalikkan telapak tangan. Namun ketika orientasi seorang mahasiswa itu sudah tidak jelas, samar dan tak terbayangkan, maka inilah sebenarnya sebuah permasalahan yang sangat besar yang harus mendapatkan sebuah perhatian yang lebih serius dan harus diperbaiki oleh setiap elemen, terutama pemerintah.

 Bermasalah, ketika seorang mahasiswa hanya memiliki orientasi sesaat. Yang penting kebutuhan hari ini  terpenuhi, gadget bosan tinggal ganti,  fashion jadul tinggal beli, perut kenyang, hati senang hidup pun tenang inilah gaya hedonis yang telah mendominasi karakter-karakter seseorang yang telah membutakan arah dari kaum terdidik itu.

Dari kasus diatas, sangat prihatin, skill entrepreneurship yang dimiliki seorang mahasiswa tersebut harusnya dijadikan modal utama untuk kelangsungan hidupnya, bukan untuk diselewengkan dengan jalan yang salah dan sangat bertolak-belakang dengan hukum negara ini begitu pun agama, konsep berwirausaha yang jujur, amanah dan adil harus senantiasa dipraktekan oleh para pengusaha, dan ini menjadi sebuah potensi besar bagi kalangan mahasiswa untuk merubah paradigma yang salah di kalangan masyarakat, konsep saling menguntukan dan tidak merugikan mungkin ini bisa digalakan kembali..
Contoh diatas seyogyanya juga menjadi sebuah pelajaran yang amat penting bagi elemen-elemen kampus atau perguruan tinggi, khususnya pimpinan perguruan tinggi. Jangan sampai hanya terus mengunggulkan keunggulan kampusnya dan mengabaikan kekurangan yang ada. Dan bukan ketika menemukan mahasiswanya melakukan sebuah pelanggaran hukum, lalu dikeluarkan begitu saja dari kampus. Namun, itu semua harus mejadi bahan introspeksi dan evaluasi yang meradikal bagi segenap pimpinan kampus. Mengapa mahasiswa melakukan  tindakan tersebut hingga melanggar aturan hukum? Sistem apa yang salah hingga pelanggaran-pelanggaran tersebut terjadi? Apa yang harus dilakukan untuk mencegahnya? Pertanyaan inilah yang harus dijawab oleh para penyelenggara sebuah perguruan tinggi di negeri kita tercinta indonesia.

Mahasiswa, manusia istimewa di tengah-tengah masyarakat sepatutnya memberikan kontribusi yang konkrit dan membantu untuk negeri ini. Bukannya mendapat pujian  malah dimaki-maki hingga menjadi bahan olokan bagi masyarakat. Tidak satu-dua kali memang julukan mahasiswa ini telah sering dikorbankan oleh oknum-oknum yang ingin memenuhi nafsunya dengan menyebut dirinya adalah seorang mahasiswa. Tantangan bagi setiap pimpinan perguruan tinggi sebenarnya untuk menciptakan dan menjadikan mahasiswa-mahasiswanya berguna, cerdas, pintar, inovatif, integratif dan terutama bermoral, bukan sekedar menciptakan manusia pekerja-pekerja untuk perusahaan dan pabrikan di negeri ini. Adalah motor penggerak perubahan sosial, merubah ke arah yang lebih baik, merekalah mahasiswa.  inilah saatnya perlawanan bagi mahasiswa untuk melawan stigma-stigma negatif yang telah dibuat oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, dengan menjadi mahasiswa yang bermoral. Dan semua impian itu mewujudkan pengusaha-pengusaha yang spektakuler tidak akan menjadi sekedar impian namun kenyataan yang harus di implementasikan. Bagaimana caranya satu sarjana menghasilkan 1000 lapangan kerja, bukan 1000 lapangan kerja dikurangi oleh 1 sarjana. mahasiswa BISA!


Gigim Mardiansyah
Pengusaha dan Penemu Boneka Horta


RIDLO ABDILLAH
KETUA BIDANG HIKMAH DAN TABLIGH PC IMM BOGOR.

0 komentar:

Posting Komentar