Dewasa ini, banyak media pers, khususnya media online sedang
gencar memberitakan kisah-kisah seorang mahasiswa yang sukses dalam kegiatan
wirausaha atau entrepreneurship-nya, dimulai dari wirausaha yang baik-baik
sampai ada wirausaha yang tidak baik juga.
Sudah kita saksikan, di samping-samping jalan raya sana, sudah banyak bermunculan usaha-usaha yang tidak biasa orang lakukan, beda dan kreatif, dengan aneka produk yang mereka tawarkan. Karena itu istilah wirausaha kreatif memang baru-baru ini semakin meluas di lingkungan akademisi. Yah, memang hanya orang-orang kreatif yang bisa melakukan sebuah kegiatan wirausaha kreatif, dan ini mungkin akan lebih subur ditemukan di lingkungan mahasiswa, yang kata masyarakat di sana mereka lah manusia-manusia kreatif, coba kita buktikan sendiri. Kita lihat saja banyak pengusaha-pengusaha yang bermunculan juga yang berasal dari kaum akademisi, mahasiswa, untuk contoh, banyak sekali kompetisi business plan atau rencana usaha yang diadakan oleh beberapa lembaga seperti Bank Mandiri dengan programnya “Wirausaha Mandiri”, bahkan kementrian UKM pun kini sedang gencarnya membuka program “Spirit Gerakan Kewirausahaan Nasional” untuk mahasiswa dengan memberikan kesempatan kepada sekitar 1500 modal usaha kepada para pemenang dengan maksimal modal 25 juta rupiah, dengan harapan ekonomi Indonesia semakin menguat, sudah tentu ketika program-program ini berhasil, secara otomatis pengusaha-pengusaha muda dari kalangan mahasiswa itu akan mewarnai perekonomian Indonesia.
Sudah kita saksikan, di samping-samping jalan raya sana, sudah banyak bermunculan usaha-usaha yang tidak biasa orang lakukan, beda dan kreatif, dengan aneka produk yang mereka tawarkan. Karena itu istilah wirausaha kreatif memang baru-baru ini semakin meluas di lingkungan akademisi. Yah, memang hanya orang-orang kreatif yang bisa melakukan sebuah kegiatan wirausaha kreatif, dan ini mungkin akan lebih subur ditemukan di lingkungan mahasiswa, yang kata masyarakat di sana mereka lah manusia-manusia kreatif, coba kita buktikan sendiri. Kita lihat saja banyak pengusaha-pengusaha yang bermunculan juga yang berasal dari kaum akademisi, mahasiswa, untuk contoh, banyak sekali kompetisi business plan atau rencana usaha yang diadakan oleh beberapa lembaga seperti Bank Mandiri dengan programnya “Wirausaha Mandiri”, bahkan kementrian UKM pun kini sedang gencarnya membuka program “Spirit Gerakan Kewirausahaan Nasional” untuk mahasiswa dengan memberikan kesempatan kepada sekitar 1500 modal usaha kepada para pemenang dengan maksimal modal 25 juta rupiah, dengan harapan ekonomi Indonesia semakin menguat, sudah tentu ketika program-program ini berhasil, secara otomatis pengusaha-pengusaha muda dari kalangan mahasiswa itu akan mewarnai perekonomian Indonesia.
Namun sayang, terkadang masih saja ada yang kurang bisa menafsirkan
semangat juang wirausaha kreatif ini. Ditemukan juga aktivitas wirausaha yang dilakukan
oleh seorang mahasiswa yang termasuk dalam katergori sangat tidak baik dan salah
kaprah, hingga mengejutkan seluruh masyaraka
jugat. Ini adalah sebuah kegiatan wirausaha yang salah tujuan dan mungkin tetap
menjadi menarik lagi bagi media untuk diberitakan, namun ini sesungguhnya, bukanlah
sebuah kisah perjalanan seorang pengusaha yang sukses dalam bisnis atau
wirausahanya dengan aturan main yang benar, usaha penjualan narkoba, penjualan
anak-anak, bahkan sampai prostitusi pun dijadikan sebuah usaha kreatif, amat
disayangkan.
Memang, tema pendidikan di indonesia kini
sedang gaung-gaungnya menggemakan istilah-istilah kewirausahaan yang mendorong
anak bangsanya untuk menjadi seorang pengusaha atau wirausaha yang mandiri dan
memberikan kontribusi yang baik bagi pertumbuhan ekonomi indonesia, bukan usaha yang haram di negeri ini.
Miris sekali,
ketika mahasiswa yang lain dituntut oleh mimpi-mimpi mereka untuk menjadi
manusia yang berguna, ternyata banyak sekali dalam waktu yang bersamaan,
mahasiswa telah kehilangan arahnya dan disorientasi terhadap hidupnya sebagai
kaum terdidik. Ini sangat bertolak-belakang dengan konsep pendidikan bangsa kita.
Menciptakan manusia yang terdidik, teratur dan memiliki orientasi yang jelas
untuk ke depan memanglah tak mudah seperti membalikkan telapak tangan. Namun
ketika orientasi seorang mahasiswa itu sudah tidak jelas, samar dan tak
terbayangkan, maka inilah sebenarnya sebuah permasalahan yang sangat besar yang
harus mendapatkan sebuah perhatian yang lebih serius dan harus diperbaiki oleh
setiap elemen, terutama pemerintah.
Bermasalah, ketika seorang mahasiswa hanya
memiliki orientasi sesaat. Yang penting kebutuhan hari ini terpenuhi, gadget bosan tinggal
ganti, fashion jadul tinggal
beli, perut kenyang, hati senang hidup pun tenang inilah gaya hedonis yang
telah mendominasi karakter-karakter seseorang yang telah membutakan arah dari
kaum terdidik itu.
Dari kasus diatas, sangat prihatin, skill entrepreneurship
yang dimiliki seorang mahasiswa tersebut harusnya dijadikan modal utama untuk
kelangsungan hidupnya, bukan untuk diselewengkan dengan jalan yang salah dan
sangat bertolak-belakang dengan hukum negara ini begitu pun agama, konsep
berwirausaha yang jujur, amanah dan adil harus senantiasa dipraktekan oleh para
pengusaha, dan ini menjadi sebuah potensi besar bagi kalangan mahasiswa untuk
merubah paradigma yang salah di kalangan masyarakat, konsep saling menguntukan
dan tidak merugikan mungkin ini bisa digalakan kembali..
Contoh diatas seyogyanya juga menjadi
sebuah pelajaran yang amat penting bagi elemen-elemen kampus atau perguruan
tinggi, khususnya pimpinan perguruan tinggi. Jangan sampai hanya terus
mengunggulkan keunggulan kampusnya dan mengabaikan kekurangan yang ada. Dan bukan
ketika menemukan mahasiswanya melakukan sebuah pelanggaran hukum, lalu
dikeluarkan begitu saja dari kampus. Namun, itu semua harus mejadi bahan
introspeksi dan evaluasi yang meradikal bagi segenap pimpinan kampus. Mengapa
mahasiswa melakukan tindakan tersebut
hingga melanggar aturan hukum? Sistem apa yang salah hingga
pelanggaran-pelanggaran tersebut terjadi? Apa yang harus dilakukan untuk
mencegahnya? Pertanyaan inilah yang harus dijawab oleh para penyelenggara
sebuah perguruan tinggi di negeri kita tercinta indonesia.
Mahasiswa, manusia istimewa di
tengah-tengah masyarakat sepatutnya memberikan kontribusi yang konkrit dan
membantu untuk negeri ini. Bukannya mendapat pujian malah dimaki-maki hingga menjadi bahan olokan
bagi masyarakat. Tidak satu-dua kali memang julukan mahasiswa ini telah sering
dikorbankan oleh oknum-oknum yang ingin memenuhi nafsunya dengan menyebut
dirinya adalah seorang mahasiswa. Tantangan bagi setiap pimpinan perguruan
tinggi sebenarnya untuk menciptakan dan menjadikan mahasiswa-mahasiswanya
berguna, cerdas, pintar, inovatif, integratif dan terutama bermoral, bukan
sekedar menciptakan manusia pekerja-pekerja untuk perusahaan dan pabrikan di
negeri ini. Adalah motor penggerak perubahan sosial, merubah ke arah yang lebih
baik, merekalah mahasiswa. inilah
saatnya perlawanan bagi mahasiswa untuk melawan stigma-stigma negatif yang
telah dibuat oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, dengan menjadi
mahasiswa yang bermoral. Dan semua impian itu mewujudkan pengusaha-pengusaha
yang spektakuler tidak akan menjadi sekedar impian namun kenyataan yang harus
di implementasikan. Bagaimana caranya satu sarjana menghasilkan 1000 lapangan
kerja, bukan 1000 lapangan kerja dikurangi oleh 1 sarjana. mahasiswa BISA!
Gigim Mardiansyah
Pengusaha dan Penemu Boneka Horta
Pengusaha dan Penemu Boneka Horta
RIDLO ABDILLAH
KETUA BIDANG HIKMAH DAN TABLIGH PC IMM BOGOR.
0 komentar:
Posting Komentar